DAWET AYU BANJARNEGARA MINUMAN TRADISIONAL KHAS BANJARNEGARA

12 Juli 2025

0

Dawet adalah salah satu minuman tradisional yang sangat populer di Indonesia, khususnya di daerah Jawa Tengah. Salah satu varian dawet yang paling dikenal luas berasal dari Banjarnegara, sebuah kabupaten yang terletak di dataran tinggi bagian barat Jawa Tengah. Dawet Banjarnegara bahkan menjadi identitas budaya kuliner lokal yang sudah melegenda dan diwariskan secara turun-temurun.
Asal Usul dan Sejarah Dawet Banjarnegara
Secara etimologis, kata “dawet” berasal dari bahasa Jawa yang merujuk pada minuman yang terdiri dari cendol (gel berbentuk kecil memanjang dari tepung beras), santan, dan gula merah cair. Minuman ini sudah ada sejak ratusan tahun lalu dan biasa disajikan dalam berbagai acara tradisional, seperti hajatan, pernikahan, hingga selamatan desa.
Namun, Dawet Banjarnegara memiliki keunikan tersendiri yang membedakannya dari dawet di daerah lain, seperti Dawet Ayu atau Dawet Ireng.
Menurut beberapa sumber lokal dan cerita lisan masyarakat, Dawet Banjarnegara mulai dikenal secara luas sejak awal abad ke-20. Minuman ini pertama kali dibuat oleh masyarakat di Kecamatan Banjarnegara sebagai sajian segar dan manis di tengah cuaca panas. Lama kelamaan, karena rasanya yang khas dan mudah dibuat, dawet menjadi komoditas dagangan yang dijual di pasar-pasar tradisional. Dari sinilah muncul istilah “Dawet Ayu Banjarnegara”, yang kemudian makin dikenal luas di luar daerah.

Foto : Dawet Banjarnegara, minuman yang segar dan menyegarkan ( sumber wisata.banjarnegarakab.go.id )

Ciri Khas Dawet Banjarnegara
Beberapa hal yang menjadi kekhasan dawet dari Banjarnegara antara lain:
1. Cendolnya kenyal dan lembut, terbuat dari tepung beras atau tepung sagu dengan warna hijau alami dari daun pandan atau daun suji.
2. Gula merah cair yang digunakan berasal dari gula kelapa asli yang dimasak hingga kental, memberikan rasa manis dan aroma khas.
3. Santan segar yang kental dan gurih sebagai penyeimbang rasa manis.
4. Penyajian dengan es serut atau es batu, menjadikannya minuman pelepas dahaga yang menyegarkan.
5. Di beberapa tempat, disajikan dalam mangkuk kecil dari batok kelapa, menambah nuansa tradisional.
Dawet Ayu: Branding yang Mengangkat Nama Banjarnegara
Nama “Dawet Ayu” menjadi semakin terkenal sejak tahun 1980-an. Istilah ini digunakan oleh para penjual dawet dari Banjarnegara yang merantau ke berbagai kota besar seperti Jakarta, Bandung, dan Surabaya.
Kata “Ayu”, yang berarti cantik atau menarik dalam bahasa Jawa, dipilih sebagai bentuk promosi yang mengasosiasikan dawet dengan sesuatu yang menarik, enak, dan menggoda. Sejak saat itu, istilah “Dawet Ayu Banjarnegara” menjadi ikon minuman tradisional yang lekat dengan identitas daerah tersebut.

Foto : Salah satu pedagang Dawet Ayu Banjarnegara,selain sebagai sumber penghasilan sekaligus ikut menjaga kelangsungan salah satu jenis minuman tradisional ( sumber : rri.co.id )

Warisan Budaya dan Kekayaan Kuliner
Dawet tidak hanya menjadi produk kuliner, tetapi juga bagian dari budaya. Di Banjarnegara, dawet sering disajikan dalam tradisi adat seperti mitoni (tujuh bulanan), pernikahan adat Jawa, dan ritual syukuran. Bahkan, dalam acara-acara daerah dan festival, dawet menjadi minuman wajib yang menggambarkan keramahan dan kekayaan alam setempat.
Pemerintah daerah Banjarnegara juga kerap menjadikan dawet sebagai produk unggulan UMKM dan bagian dari promosi pariwisata. Banyak pelatihan pembuatan dawet dan pengemasan modern yang digelar untuk meningkatkan nilai jual dan memperluas pasar.
Dawet Banjarnegara bukan sekadar minuman tradisional, tetapi juga cerminan budaya, sejarah, dan kearifan lokal masyarakat Jawa Tengah. Perpaduan antara rasa manis, gurih, dan segar membuatnya tetap digemari lintas generasi. Seiring berkembangnya zaman, dawet terus bertransformasi, namun tetap mempertahankan nilai tradisional yang menjadi warisan leluhur. Jika Anda berkunjung ke Banjarnegara, mencicipi segelas Dawet Ayu Banjarnegara adalah pengalaman yang tidak boleh dilewatkan.(pj/mkt)

0 Komentar